My Coldest CEO

97| Cuddle While Sleeping



97| Cuddle While Sleeping

0Ceklek     
0

Pintu kamar terbuka, membuat Felia yang tengah asyik memejamkan mata sambil membayangkan hal yang menyenangkan bersama penggambaran keluarga kecilnya pun buyar. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah sumber yang menjadi perhatiannya, dan di sana terlihat Lina sedang melangkahkan kakinya untuk mendekat ke kasur yang tengah ia tempati.     

"Hai sayang, bagaimana kondisi mu?" Pertanyaan khas keibuan itu pun terdengar jelas dengan nada bicara super lembut, apalagi raut wajahnya yang selalu mendukung kalau dirinya adalah wanita baik yang tidak pernah mencampakkan buah hati.     

Felia menganggukkan kepalanya, lalu mulai sedikit memperbaiki posisi tidurnya menjadi ingin duduk bersandar pada kepala kasur. "Baik, Mommy. Aku sudah merasa baikan tapi sedang menunggu Leo untuk membawakan makanan, terasa lapar.." jawabnya dengan tak kalah lembut.     

Melihat Lina yang sudah mendaratkan bokongnya di tepi kasur, membuat Felia sangat tersentuh akan hal itu karena sejak berita kebenarannya yang merupakan bagian dari keluarga Wallson dengan bukti kertas lama menguning yang tertulis namanya saat pertama kali ia membuka mata di gedung kosong, wanita ini memberikan seluruh perhatian untuknya.     

"Kamu tadi juga baru makan sore, belum makan malam karna mengeluh sakit. Apa baby mu sedang beraktifitas di dalam sana?"     

"Entahlah Mommy, sepertinya iya. Dia menendang-nendang dengan aktif, sepertinya tak sabar ingin keluar."     

Felia mengelus perutnya yang semakin membesar itu dengan seulas senyuman yang sangat hangat. Ia benar-benar tidak sabar dengan kehadiran sang buah hati bahkan sampai berhalusinasi seperti itu, ah sangat manis.     

"Berarti dia tidak sabar ingin menyapa sang Mommy-nya yang sangat cantik jelita ini, sayang." ucapnya dengan kekehan kecil, ia semakin mendekatkan dirinya dengan Felia akhirnya sudah duduk di atas kasur tepat di samping tubuh sang putrinya yang sudah beranjak besar itu.     

Felia melihat tatapan Lina yang menatapnya dengan haru, ia tidak tahu harus apa karena terkadang rasa canggung kian hadir. "Kenapa Mommy, apa ada yang salah dengan ku? kok sampai segitunya melihat aku.." ucapnya sambil menaruh anakan rambut ke belakang telinga.     

"Ah tidak Mommy hanya tidak tahu ingin memberikan kasih sayang dalam bentuk apa untuk diri mu saat mengetahui kalau kamu sudah ingin memiliki keluarga kecil." jawab Lina dengan nadanya yang terdengar sedikit tercekat.     

Felia mengerjapkan kedua bola matanya, ia sudah lama tidak mendapatkan kasih sayang seperti ini. Benar-benar masa lalunya seperti di bongkar sehingga ia sampai saat ini tidak mengingat apapun, bohong jika ia tidak merindukan kedua orang tuanya. Saat Mommy-nya sudah berada di hadapan, rasanya sudah terlambat...     

Namun sepertinya ia harus tetap bersyukur dan menjadikan keterlambatan itu sebagai suatu hal yang patut untuk di banggakan.     

Felia menampilkan seulas senyuman yang tentu saja sangat terlihat manis dam juga menambahkan kecantikan dari pahat wajah sempurnanya.     

"Mommy tetap melihat aku sebagai putri kecil mu yang masih sangat membutuhkan kasih sayang,"     

"Iya sayang, Mommy akan tetap memberikan kasih sayang ke kamu. Rasa rindu sudah terbendung, dan tidak ingin kembali kehilangan karena hal itu sangatlah menyakitkan."     

Lina dengan perlahan mendekati Felia untuk merangkul putrinya, setelah itu menaruh kepala putrinya ke bahu untuk bersandar lalu ia dielus puncak kepalanya dengan gerakan lembut.     

Iya, memang selembut ini Lina pada Felia. Membuat wanita ini langsung saja mengulas sebuah senyuman manis yang terlihat jelas di permukaan wajahnya, merasa tenang jika ada sosok yang melahirkan ada di dekatnya.     

"Jangan sedih Mommy, masa aku udah ada di sini untuk Mommy tetap sedih seperti itu sih nanti aku juga ikut nangis dan sulit berhenti."     

"Iya enggak sayang, hanya terharu saja. Aku belum mengurus kamu, tiba-tiba hak asuh kamu pindah dah ya Mommy belum memberikan perhatian ke kamu sebanyak yang di berikan untuk Rio."     

Felia terkekeh kecil, mungkin kakak kandungnya itu terlalu di manja jadi sifatnya terlampau menjengkelkan. "Ya itu gak masalah Mommy, lagipula kan aku tidak menyalahkan takdir yang terjadi. Bagi ku, nikmati saja kehidupan selagi menjadi manusia berguna." ucapnya dengan nada bicara yang sangat tulus, ia yang tengah bersandar pada Lina pun mendongakkan kepala untuk melihat wajah sang Mommy yang benar-benar sedekat itu dengannya.     

Felia tumbuh menjadi wanita dewasa yang tentu saja juga memiliki pemikiran yang sangat dewasa, ia adalah wanita yang terlahir ceria dan periang sebelum kepahitan hidup membuatnya menjadi wanita lugu yang tak tau apapun selain kekerasan di dunia ini. Mungkin memang ini sudah saatnya untuk mengembalikan keceriaan tersebut.     

"Iya sayang, terimakasih sudah berjuang sampai detik ini dan akhirnya kita bertemu kembali."     

Tok     

Tok     

Tok     

Sebelum Felia sempat membalas apa yang dikatakan oleh Lina, suara ketukan pintu sudah terdengar jelas dari luar sana bersama dengan pintu yang terbuka menampilkan Leo mulai masuk ke dalam kamar --tak lupa kembali menutup pintunya dengan rapat--.     

"Makan dulu sayang," ucap Leo sambil menaruh nampan yang ia pegang ke atas nakas.     

Felia mengerjapkan kedua bola matanya, apalagi saat mencium aroma hangatnya jahe yang mulai masuk menyapa indra pendengarannya. "Leo? yeay!" pekiknya senang, dengan refleks langsung menepuk tangan layaknya anak kecil yang benar-benar gembira karena apa yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.     

Lina yang melihat kedatangan Leo pun segera menarik tangannya dan membuat Felia menegakkan kembali tubuhnya yang tadi bersandar padanya, lalu sentuhan terakhir ia mencium pipi putrinya. "Baik banget ya sama sang istri... Mommy jadi bangga deh bisa menemukan menantu seperti kamu," ucapnya dengan perlahan turun dari atas kasur dan kini sudah berdiri.     

Leo yang mendengar itu pun terkekeh, "Saya juga bangga memiliki mertua seperti Mommy." jawabnya sambil memberikan senyuman yang sangat terbaik.     

"Ih Mommy mau kemana?" tanya Felia sambil mengerucutkan bibirnya, keluar lagi deh sifatnya yang sangat amat teramat manja ini.     

Line tersenyum hangat, ia tidak enak kalau berada di tengah pasangan. Karena sudah pasti Leo ingin mengurusi Felia, dan itu memang sudah menjadi tanggung jawab laki-laki tersebut. Lagipula ia hanya berniat mampir dan mengajak ngobrol putrinya selagi Leo tadi mengambil sesuatu yang diperlukan.     

"Mommy mau tidur, lihat jam sudah semakin malam waktunya untuk istirahat sayang.."     

Benar juga dengan apa yang dikatakan Lina, bahkan jam sudah ingin menyentuh angka sebelas ya walaupun masih sedikit jauh tapi memang benar ini sudah malam. "Iya juga sih Mommy, ya sudah selamat tertidur ya semoga mimpi indah." ucapnya dengan nada bicara yang di buat sehangat mungkin, bahkan kini permukaan wajahnya sudah menampilkan seulas senyuman.     

Lina menganggukkan kepalanya. "Selamat malam juga dear, semoga mimpi indah juga."     

Setelah itu, Felia dan Leo melihat Lina yang keluar dari kamar. Dan ya, tentu saja menyisakan mereka yang tengah jatuh cinta satu sama lain.     

"Nih sayang di makan dulu, mau makan apa?"     

Leo naik ke atas kasur bersebelahan dengan Felia yang tengah duduk bersandar pada kepala kasur, lalu mengelus puncak kepala wanitanya.     

Felia sedikit mendongakkan kepalanya, ia ingin langsung meminum susu jahe namun perutnya ternyata sudah kepalang lapar. "Aku ingin red velvet cake!" pekiknya dengan senyuman yang mengembang.     

Leo hanya terkekeh sambil menganggukkan kepala, lalu tangannya terjulur untuk mengambil apa yang diinginkan wanitanya. Berdasarkan tingkat kepekaan seorang laki-laki, tentu saja ia adalah sosok yang paling peka. Dengan cekatan ia mengambil sendok kecil, lalu memotong sedikit bagian kue. "Buka mulut mu, saya suapin ya sayang supaya tidak berantakan di kasur nanti banyak semut." ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya, pertanda kalau apa yang dikatakan hanya seolah-olah modus belaka.     

Felia terkekeh kecil, walaupun kemungkinan apa yang dikatakan oleh Leo ada benarnya juga, tapi tidak mungkin di rumah yang sangat rapih dan tentu saja selalu di semprot anti serangga sebagai pencegah pun menutup kemungkinan ada semut yang langsung menghampiri. Namun menurut dengan apa yang diucapkan Leo karena perut sudah terasa lapar, akhirnya ia membuka mulut.     

"Aaaaaa..." ucapan itu refleks keluar dari mulut Felia karena benar-benar membuka mulut untuk jalan masuk dari suapan laki-laki yang berada di sampingnya ini.     

Leo tersenyum sangat hangat lalu menjulurkan tangannya untuk memasukkan sesendok kue ke dalam mulut Felia. Dan Hap, wanitanya sudah melahap kue yang ia bawa dengan sangat nikmat.     

"Enak, sayang?" tanyanya saat melihat Felia yang kembali napsu makan, karena tadi wanita itu benar-benar menolak keras untuk memasukkan makanan ke dalam mulut alasannya ya karna itu perutnya terasa sakit karena sang calon bayi.     

"Iya enak, kalau begini caranya kita nikah aja tiap tahunnya, Leo."     

"Loh, untuk apa sayang?"     

"Supaya dapat makanan makanan yang enak, kan aku jadi nafsu makan kayak gini. Habisnya sih rasanya benar-benar enak,"     

Leo terkekeh mendengar permintaan serta saran yang sangat lugu seperti layaknya anak kecil itu, ia menatap gemas Felia rasanya ingin segera melumat bibir ranum tersebut. "Kamu bisa meminta kepada saya, sayang. Gak perlu sampai mengadakan kembali pernikahan, untuk apa.."     

"Tapi kan aku gak tahu namanya, dan baru tahu kalau merk red velvet yang satu ini sangat enak."     

"Kalau begitu lain kali kamu bilang saja ingin red velvet, dan saya akan belikan semua macam dari berbagai toko kue di London yang berbeda-beda."     

"Ih sayang, itu mah namanya membuang-buang uang tau!"     

Felia merasa sampai dengan detik ini Leo selalu berpikir kalau harta adalah hal tidak penting sehingga mudah sekali untuk di buang-buang.     

"Iya sayang enggak, bercanda. Kamu marah-marah mulu ya saya gemas jadi ingin melumat mu," ucap Leo dengan kilatan mata lapar namun di tahan sekuat mungkin. Ia menginginkan malam pertamanya mencicipi kembali tubuh Felia, namun tampak jelas kalau wanitanya itu tidak dalam suasana hati yang membaik bahkan mengaku lelah dan terjadi pergerakan dengan kandungannya.     

Sebagai suami yang pengertian, memangnya apalagi yang bisa di lakukan selain berdiam diri dan menelan keinginan birahi seorang laki-laki.     

"Tidak bisa, aku sedang makan." Felia menjulurkan lidahnya ke arah Leo, menunjukkan kalau dirinya meledek laki-laki itu dengan lidahnya.     

"Yasudah nanti kalau makannya sudah selesai sayang, kan bisa."     

"Gak mau, aku tiba-tiba malas dengan mu."     

Dan ya, benar kalau suasana seorang wanita yang tengah hamil berganti-ganti tak di duga.     

"Yasudah makan ya... yuk habiskan setelah itu kamu tidur, nanti saya peluk."     

Pelukan Leo adalah hal yang paling nyaman bagi Felia, saat ia tidak bisa tertidur maka satu-satunya cara ya dengan di peluk oleh laki-laki itu. Ia selalu menyadari kalau hal yang mampu membuat bahagia itu sangat sederhana, bahkan sebuah pelukan saja terasa menenangkan untuk menemani tidurnya supaya mimpi indah.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.